Kamis, 22 Juli 2010

TEKNIK BOLAVOLI: SPIKE

Tidak ada bahasan yang lebih menarik dalam permainan bolavoli melebihi spike/smash. Dalam suatu pertandingan, penonton akan memberikan apresiasi yang luar biasa jika kedua regu menampilkan pukulan-pukulan dengan kecepatan tinggi dan sudut elevasi tajam. Kemudian bagi regu yang bertanding, dalam suatu kondisi sebuah tim bisa bangkit dari ketertinggalan hanya karena teman dalam regunya dapat menjatuhkan bola dengan satu spike yang eksplosif. Atau sebaliknya, suasana sebuah tim menjadi kacau ketika lawan berhasil sekali dua kali menjatuhkan spike tajam ke daerahnya. Tidak dipungkiri, daya tarik dalam permainan bolavoli adalah penampilan spike yang sempurna dari para pemain. Baik-buruknya penilaian terhadap seorang pemain seringkali dipandang dari seberapa bagus pemain tersebut dalam produktivitas spike, sehingga tidak banyak ada seseorang yang memuji penampilan hebat dari seorang libero, set-upper, maupun service receiver pemain lain. Demikian tinggi pengaruh spike terhadap pandangan pemain bolavoli, hingga kadangkala meningkatkan kualitas spike menjadi orientasi utama sehingga tidak jarang teknik-teknik lain menjadi kurang mendapat perhatian.
Meskipun pandangan tersebut tidak sepenuhnya keliru, tetapi pemahaman terhadap pentingnya teknik lain perlu mendapat penekanan bagi pemain sejak awal partisipasi. Perlu disadari bahwa untuk dapat melakukan spike dengan baik, proses dimulai dari kualitas penerimaan servis dan umpan yang matang. Dalam pertandingan antara dua tim yang seimbang, kesulitan dalam melakukan spike yang spektakuler akan banyak ditemui kecuali kualitas umpan dapat diandalkan. Kemudian umpan yang berkualitas juga tergantung dari seberapa baik penerima servis menyuplai bola kepada pengumpan. Lebih dari itu, kemenangan sebuah tim ketika permainan sangat ketat terutama ditentukan oleh kualitas blok dan serangan balik yang terorganisir.
Teknik spike merupakan teknik yang paling kompleks dalam permainan bolavoli, melibatkan power otot dari hampir seluruh bagian tubuh dan membutuhkan koordinasi dari berbagai anggota tubuh yang lebih rumit dibandingkan teknik lain. Akan tetapi karena mempelajari teknik spike juga lebih memberikan tantangan, jarang terdapat pemain yang mengeluh ketika latihan spike dilaksanakan. Banyak aspek biomekanis yang mempengaruhi smash, akan tetapi hanya beberapa bagian yang akan dibahas karena beberapa prinsip-prinsip biomekanis belum diteliti secara ilmiah. Mengingat gerak smash merupakan rangkaian gerak yang kompleks, maka untuk mempermudah penguraian gerakan spike akan dibagi menjadi: (1) awalan, (2) tolakan, (3) saat melayang, (4) saat memukul, (5) gerak lanjutan, dan (6) saat mendarat.
1.Awalan
Awalan merupakan kunci pokok gerakan-gerakan lain dalam spike. Awalan dilakukan untuk memperoleh sudut pukulan yang ideal dan memperoleh kekuatan yang lebih besar ketika meloncat. Untuk umpan bola tinggi, awalan biasa dilakukan antara 2 – 4 meter dari net dan pemain mengambil langkah 2 atau 3 langkah untuk mengembangkan momentum horizontal. Berdasar langkah terakhir yang digunakan oleh pemain terdapat dua macam teknik melangkah dalam mengambil awalan, yaitu langkah terakhir panjang kanan diikuti langkah penyesuaian kiri (right footed) dan langkah panjang terakhir kiri diikuti langkah penyesuaian kanan (wrong footed) bagi pemain yang tidak kidal.
Kedua macam teknik tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing. Right footed mempunyai keuntungan dalam kerasnya pukulan silang, sedangkan wrong footed mempunyai keunggulan dalam mempertinggi raihan. Ketika pemain menggunakan langkah panjang kanan, secara tidak langsung kondisi badan langsung menghadap bola dan memungkinkan untuk menggunakan momentum horizontalnya untuk memperbesar tumbukan dengan bola. Sedangkan bagi pemain yang menggunakan langkah panjang kiri, kondisi badan pada saat menolak secara tidak langsung akan menghadap net, sehingga ketika hendak memukul bola, pemain harus memutar badan ke arah bola umpan. Hal tersebut menjadikan hasil lompatan lebih vertikal, akan tetapi tidak dapat menggunakan momen badan untuk menambah kerasnya pukulan.
Pada umumnya, langkah terakhir (langkah panjang) yang dipakai pemain adalah kaki kanan. Akan tetapi, tidak sedikit pemain yang mengembangkan langkah panjang kiri. Jadi ketika pemukul memutuskan untuk mengambil empat langkah dalam aproach phase, langkah pertama menggunakan kaki kanan, diikuti kaki kiri agak panjang, kemudian langkah panjang kanan dan diikuti gerakan penyesuaian dari kaki kiri untuk melakukan tolakan. Momentum horizontal pada saat awalan akan diubah menjadi momentum vertikal pada saat tolakan yang berperan dalam menambah tinggi loncatan. Akselerasi sangat penting dalam tahap langkah, sehingga dua langkah terakhir harus lebih panjang dan cepat dari langkah sebelumnya. Sedangkah langkah pertama digunakan untuk mempermudah langkah berikutnya dan mencari timing yang tepat. Tolakan akan mencapai hasil yang maksimal jika kecepatan pada langkah awalan antara 50-60% kecepatan sprinting maksimal (Saunder, 1980).
Untuk menghasilkan pukulan yang keras, bila pemukul akan melakukan pukulan dari posisi 4 untuk yang tidak kidal atau dari posisi 2 untuk yang kidal, maka pengambilan awalan harus dilakukan dari luar garis tepi (membentuk sudut 45°) dengan net agar pemukul dapat mengontrol bola dari pengumpan dan dapat mengoptimalkan daerah sasaran. Dengan posisi ini, pemukul dapat melakukan rotasi tubuhnya dengan menggunakan luas gerak sendi yang cukup optimum. Sedangkan jika pemukul menghendaki banyaknya arah pukulan, awalan lurus dari dalam garis tepi akan lebih memberikan keuntungan.
2.Tolakan
Pada saat menolak, pemukul menggunakan gaya kontraksi otot yang cukup tinggi untuk memperoleh gerak dari ekstensi persendian pinggul, lutut, dan pergelangan kaki. Gerakan ekslposif terutama dari otot-otot tungkai pada saat menolak merupakan kunci sukses dalam mempertinggi hasil loncatan. Ayunan lengan yang kuat akan menimbulkan gaya tambahan pada saat tolakan. Apakah ayunan lengan ditekuk atau lurus, sangat tergantung pada situasi yang dihadapi oleh pemain. Untuk umpan bola-bola tinggi ayunan lengan lurus, sedangkan untuk bola-bola cepat ayunan lengan ditekuk. Besarnya sumbangan ayunan lengan terhadap tingginya loncatan ± 15 %.
3.Saat melayang di udara
Ketika berada di udara, pemukul melakukan gerak rotasi ke belakang sebagai persiapan untuk melakukan pukulan. Gerak rotasi ini dimaksudkan untuk mengurangi momen kelembaman tubuh yang dapat mengakibatkan meningkatnya kecepatan anguler sebelum telapak tangan memukul bola. Rotasi yang dilakukan adalah dengan cara melakukan hyper-ekstensi tubuh, pinggul dan bahu melakukan gerak rotasi ke arah lateral. Gerak ini memungkinkan pemukul memiliki jarak yang cukup untuk melakukan ayunan pukulan.
4.Saat memukul
Pada saat kontak dengan bola, tubuh berotasi ke depan, lengan kiri dan bahu di jatuhkan ke bawah ketika lengan kanan mulai bergerak ke arah bola. Ketika bahu kanan diangkat untuk memaksimalkan tinggi raihan, tubuh melakukan gerak flexie dengan tujuan untuk memperbesar momentum tubuh. Gerak yang dilakukan secara berurutan dari tubuh, bahu, lengan dan telapak tangan akan menghasilkan gaya yang cukup besar. Perkenaan bola harus diusahakan di depan atas dahi dengan lengan relatif lurus untuk memperoleh kecepatan maksimal dan sudut pukulan yang tepat.
5.Gerak Lanjutan.
Gerak lanjutan (follow-through) dari lengan yang dipergunakan untuk memukul bola harus di lakukan sedemikian rupa, agar tidak mengenai net atau melanggar peraturan permainan. Gerak lanjutan sangat diperlukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya cidera akibat menghentikan gerak yang mendadak setelah lengan bergerak dengan kecepatan tinggi sebelum memukul bola.
6.Mendarat
Besarnya gaya yang diterima oleh telapak kaki bagian depan ketika mendarat antara 1000 – 2000 Newton, dan pada tumit antara 1000 – 6500 Newton, sedangkan batas elastisitas dari tulang rawan kurang lebih 5000 Newton. Kondisi tersebut yang mengharuskan para pelatih untuk lebih cermat meneliti permukaan lapangan yang akan digunakan untuk berlatih atau bertanding, meningkatkan kondisi fisik atlet, memilih sepatu yang akan dipergunakan, dan meningkatkan penguasaan teknik yang baik. Sepatu yang dirancang dengan baik dapat mengurangi besarnya benturan kurang lebih sebesar 30 % (Stacoff dalam Adrian, et.al, 1989).
Untuk itu, sebagai usaha menghindari kemungkinan terjadinya cedera akibat tumbukan yang terjadi antara telapak kaki dengan tanah pada saat mendarat, maka pada waktu mendarat diusahakan menggunakan tumpuan dua kaki, yang berfungsi untuk menambah luas permukaan. Disamping itu penyerapan gaya dapat dilakukan dengan cara menekuk setiap persendian yang terlibat yaitu persendian pinggul, lutut, dan persendian kaki.

JENIS-JENIS SPIKE
Secara umum spike dibagi menjadi dua macam, yaitu menurut jenis umpan dan menurut keras lemahnya pukulan.
Menurut jenis umpan, spike dibedakan menjadi:
1.Open Spike
Open spike atau sering juga disebut bola ketiga (3rd ball) adalah bola yang diumpan dan dipukul di daerah tepi net. Pada saat hendak memukul bola open, pemukul sedikit menunggu untuk memperkirakan timing yang tepat untuk melakukan pendekatan dan mencari posisi yang tepat untuk melakukan pukulan.
2.Semi Spike
Semi spike seringkali dinamakan bola kedua (2nd ball), yaitu spike yang dilakukan terhadap bola umpan sedang di seluruh bagian lapangan. Pada saat hendak memukul bola semi, pemukul memulai awalan ketika bola dari penerima servis mengenai tangan pengumpan sambil mengamati arah bola.
3.Quick Spike
Quick spike disebut juga umpan bola pertama (1st ball), yaitu spike yang dilakukan terhadap umpan bola pendek di seluruh bagian lapangan. Berbeda denan jenis spike lain yang menunggu bola diumpankan oleh setter, pemukul bola cepat melompat seiring bola di umpan atau meloncat dahulu ketika bola samapi kepada tangan pengumpan, tergantung jenis bola cepat yang diperagakan. Selain timing terhadap pengumpan, timing terhadap lintasan bola dari penerima servis juga sangat menentukan keberhasilan teknik ini.
4.Back Attack
Serangan dari belakang dapat berupa bola kedua atau bola ketiga, sehingga pelaksanaan tekniknya juga sama dengan kedua jenis spike tersebut. Pada permainan bolavoli modern, back attack seringkali dilakukan dari posisi 6 maupun posisi 1.
Menurut keras lemahnya pukulan:
1.Hard driven spike
Hard driven spike adalah spike keras atau disebut juga spike normal, dilakukan dengan seluruh pergerakan dalam teknik spike. Keberhasilan hard driven spike tergantung pada kejelian pemain dalam melihat celah blokade lawan.
2.Off speed spike (placing)
Off speed spike atau sering disebut roll shot, yaitu menempatkan bola dengan pelan pada daerah lawan yang kosong. Keberhasilan spike jenis ini tergantung pada kejelian pemain dalam memantau pergerakan pemain belakan lawan. Pelaksanaan spike jenis ini seperti pelaksanaan jenis spike normal, melompat dengan kekuatan penuh, mengayunkan lengan secepatnya ke arah bola, tetapi ketika hampir menyentuh bola, gerakan lengan diperlambat dan bola dilecut dengan pelan. Spike jenis ini mempunyai keuntungan dalam melewati blokade lawan, akan tetapi apabila pemain barisan belakang lawan rapat dan banyak mempunyai pengalaman, spike jenis ini bukan merupakan senjata yang mematikan.
3.Tip (feint)
Tip merupakan suatu jenis serangan lawan dengan menempatkan bola di belakang bloker lawan, atau di daerah lain yang jauh dari jangkauan lawan. Perbedaan dengan off speed spike terletak pada saat perkenaan dengan bola. Pada pelaksanaan tip, lengan tidak diayunkan seperti dalam gerakan spike, tetapi mendorong bola menggunakan satu tangan seperti dalam passing atas. Meskipun terlihat kurang mematikan, akan tetapi jenis serangan semacam ini seringkali mempunyai efektivitas tinggi.

Lintasan Bola dalam Permainan Bolavoli

Lintasan bola merupakan kajian penting dalam keberhasilan servis dan beberapa teknik lainnya seperti penerimaan servis (service receive) dan pertahanan lantai (floor defense). Salah satu perubahan yang berhubungan dengan lintasan bola adalah peraturan yang mengharuskan pemakaian bola warna pada pertandingan resmi. Pemakaian bola dengan kombinasi warna pada permainan bolavoli merupakan pertimbangan untuk mengetahui lintasan bola, sehingga kualitas penyerangan dan pertahanan sepanjang permainan dapat berimbang. Seperti diketahui, seiring perkembangan teknologi kemampuan kualitas biomotor para pemain meningkat dengan pesat sehingga para pemain mampu melakukan serangan dari dekat net maupun dari belakang garis serang dengan kualitas yang sama baiknya. Servis melompat juga menjadi sangat sukar diterima lawan karena putaran bola hasil pukulan menjadi sangat cepat.

Putaran bola hasil pukulan tidak hanya selalu ke depan (top spin) melainkan dapat ke samping (side spin) baik ke kanan maupun ke kiri. Untuk itu diperlukan konsentrasi dan kecermatan pemain bertahan dalam menggunakan teknik yang tepat untuk mengantisipasi datangnya bola, sehingga pemain mampu mengarahkan bola sesuai dengan sasaran atau target yang diinginkan. Selain itu, pada lintasan bola mengapung juga akan menjadi lebih jelas arah geraknya ketika memkai bola warna. Dengan bola satu warna (polos), faktor kesulitan akan menjadi lebih tinggi bagi pemain bertahan karena pemain tidak dapat melihat dengan tepat ke arah mana bola pukulan lawan itu berputar, sehingga pemain kesulitan menempatkan posisi badannya dengan tepat dan akhirnya arah pantulan bola tidak akan tertuju pada target.

Oleh karena itu, dengan penggunaan bola warna diharapkan akan dapat membantu meningkatkan kualitas teknik atlet sehingga pemain akan dapat segera menyesuaikan sikap awal tubuhnya terhadap lintasan dan arah putaran bola yang menuju kepadanya. Dengan mengetahui arah putaran bola, akan dengan mudah mengatur posisi lengan yang berfungsi sebagai papan pantul yang disesuaikan dengan kondisi yang dihadapinya. Dari perubahan tersebut memperlihatkan bahwa sampai saat ini efektivitas serangan dalam permainan bolavoli masih lebih dominan dari pada pertahanan. Untuk itu agar terdapat perimbangan dari ke duanya diperlukan adanya kajian-kajian yang dapat meningkatkan efektivitas pertahanan sehingga permainan akan menjadi lebih menarik.

Spin

Spin merupakan gerakan bola yang berputar pada porosnya. Servis spin biasanya dijadikan sebagai senjata untuk langsung menyerang jika putaran bola dan lintasan yang dihasilkan dapat diandalkan. Power pemain dan kemampuan menempatkan bola menjadi kunci utama keberhasilan servis spin. Untuk menghasilkan bola topspin, proyeksi titik penerapan gaya harus berada di atas pusat gaya berat bola, sehingga bola akan mengalami rotasi ke depan selama melintasi udara.

Gerak bola yang demikian akan menyebabkan lapisan udara di bawah bola lewat dengan mudah, sebaliknya, di bagian atas bola, lapisan udara menumpuk dan menekan bola ke bawah. Itulah sebabnya, bola yang dipukul topspin akan bergerak lebih cepat, akan tetapi segera turun karena efek magnus diatas.

Pada waktu melakukan servis, satu hal yang paling penting untuk meningkatkan kecepatan linier adalah dengan cara mengoptimalkan persendian pada saat kontak dengan bola, perkenaan bola diusahakan berada didepan atas kepala dan dengan memindahkan berat badan dari belakang ke depan pada saat memukul, dengan cara ini akan terjadi pemindahan momentum tubuh ke bola, dan dengan memukul bola antara 15 – 30 cm di depan proyeksi sumbu longitudinal tubuh, server dapat melihat dan mengarahkan bola ke daerah lawan yang diinginkan.

Float

Lintasan bola float (mengapung) adalah jalan bola yang berbelok arah dengan tidak beraturan ketika mencapai titik tertentu. Hal tersebut disebabkan karena bola cukup besar dan berbentuk bulat dengan massa sangat ringan, sedangkan bola bergerak tanpa putaran. Oleh karena itu jalannya bola saat melintasi udara sangat dipengaruhi oleh kerapatan udara yang dilintasi, lipatan-lipatan pada sambungan bola, serta letak pentil (counter), yang akan menaikkan massa pada bagian permukaan bola tersebut sehingga akan meningkatkan pengaruh turbulensi pada bola. Ketika bola berjalan dalam lintasan lurus tanpa putaran maka gaya gesek dari udara semakin lama akan memperlambat jalannya bola, sehingga bola memilih lintasan yang kerapatan udaranya lebih kecil (hambatan rendah). Kemudian, letak counter sebagai titik berat bola juga sangat berpengaruh pada kecenderungan gerak bola. Lintasan bola pada servis float ada 5 macam:

· Apabila letak pentil (counter) berada di sebelah kanan pada saat bola di pukul, maka lintasan bola akan cenderung berbelok ke sebelah kanan.

· Apabila letak pentil (counter) berada di sebelah kiri, maka lintasan bola akan cenderung berbelok ke kiri.

· Apabila letak pentil (counter) berada di atas pada saat bola di pukul, lintasan bola akan lebih tinggi sehingga bola akan berada di udara jauh lebih lama.

· Apabila letak pentil (counter) berada di bawah saat bola di pukul, bola akan cepat turun.

· Apabila letak pentil (counter) berada di depan atau belakang pada saat bola di pukul, akan ke kiri dan ke kanan (zig-zag).

BOLAVOLI: PEMBELAJARAN TEKNIK DASAR

Peningkatan kualitas teknik merupakan suatu proses pembelajaran motorik, dimana untuk mencapai suatu penguasaan keterampilan membutuhkan suatu rangkaian proses yang berhubungan dengan latihan/pengalaman yang mengarahkan pada terjadinya perubahan-perubahan yang relatif permanen dalam bentuk kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil. Terdapat beberapa tahap dalam proses pembelajaran keterampilan motorik. Dimulai dari tahap kognitif, dimana gerakan masih terlihat kasar hingga basal ganglia dan cerebellum dapat bekerja dengan sinkron pada tahap otomatis. Waktu untuk mencapai tahap otomatis dalam pembelajaran motorik tergantung seberapa kompleks gerakan yang dipelajari, kualitas latihan, dan bakat alami yang dimiliki oleh masing-masing individu.

Sebagai suatu proses, pembelajaran teknik membutuhkan pendekatan yang sistematik untuk mencapai efisiensi optimal. Dalam pencapaian prestasi, sistematika pengembangan teknik-teknik dalam permainan bolavoli adalah dengan: (1) mengajarkan prinsip mekanika gerakan-gerakan teknik, (2) memberikan latihan gerakan teknik, (3) mengembangkan intelegensi taktik, (4) mengintegrasikan kemampuan teknik anak didik dalam sistem pertandingan, dan (5) memastikan efisiensi penampilan teknik anak didik melalui kompetisi. Tahap pertama dan kedua diperlukan dalam tahap awal pembelajaran teknik, sedangkan tahapan selanjutnya digunakan untuk mengembangkan anak didik dalam mecapai prestasi tinggi.

Proses pengenalan suatu bentuk keterampilan dilakukan dengan memberikan stimulasi verbal maupun visual. Pada tahap pengenalan teknik, modelling (pemberian contoh) merupakan piranti utama bagi pendidik. Demonstsrasi dapat dilakukan oleh pelatih maupun seseorang yang dapat melakukan teknik yang diajarkan dengan baik sehingga anak didik mendapat gambaran gerakan teknik yang akurat. Bantuan peralatan audio-visual (serial frame gambar teknik, video, dan sebagainya) akan sangat memudahkan pendidik dalam memberikan penjelasan. Pendidik memberikan gambaran mengenai gerak keseluruhan dari suatu bentuk keterampilan, kemudian menjelaskan pelaksanaan tiap bagian geraknya. Pelatihan gerak dasar bisa dimulai dengan mengarahkan anak didik untuk mencoba melakukan potongan-potongan teknik, kemudian merangkainya menjadi suatu gerakan utuh. Setelah anak didik mengenal dan memahami bentuk kinerja suatu teknik dalam suatu gerakan utuh, proses dilanjutkan dengan metode drilling (latihan dalam kondisi siap). Perbedaan individual dapat dilihat dalam tahap ini, sehingga pendidik dapat menentukan dan mengelompokkan keseragaman individu. Dengan mengelompokkan individu sesuai dengan potensi, tinggi rendahnya serapan, atau keseragaman ciri yang ditampilkan maka proses latihan selanjutnya akan menjadi lebih terarah dan pekerjaan untuk memberikan dasar teknik sesuai dengan efektivitas dan efisiensi gerak menjadi lebih mudah.

Pendisribusian giliran drilling dapat diatur sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran menjadi lebih terarah. Meskipun pengelompokan dapat memudahkan proses koreksi dan pengembangan lebih lanjut, tetapi mencampurkan antara bermacam-macam tingkat penguasaan keterampilan anak didik dapat membantu untuk memberikan koreksi kepada anak didik dengan tingkat serapan rendah. Resikonya, kemampuan anak didik akan bergeser pada model distribusi normal. Selanjutnya, metode belajar mandiri (baik berkelompok, berpasangan, maupun individual) dengan berbagai variasi latihan dengan orientasi penguasaan teknik dapat dijadikan pilihan untuk pematangan keterampilan dan proses menuju tahap otomatisasi.

Melanjutkan latihan untuk menuju tahap otomatisasi gerakan secara teoritis lebih mudah dibandingkan tahap sebelumnya. Otomatisasi gerakan tergantung dari seberapa banyak repetisi yan dilakukan dalam mempelajari suatu teknik. Akan tetapi perlu mendapat perhatian, seringkali anak didik melakukan latihan dengan meninggalkan efektivitas dan efisiensi dari suatu gerakan ketika penguasaan teknik mereka mencapai tahap asosiatif. Adaptasi psikomotorik akan tergantung pada seberapa banyak gerakan dengan pola yang sama dilakukan. Oleh karena itu pengawasan perlu mendapat penekanan lebih besar dalam proses menuju otomatisasi gerak, sehingga anak didik tidak tertuntun kepada otomatisasi gerak yang tidak efektif.